Negeriku yang Demokrasi

Bagaimana cara menyalurkan aspirasi di negeri ini?

Merujuk pada banyak aksi menuntut aspirasi rakyat untuk didengar mulai dari demonstrasi hingga ke aksi anarki.

Sudah banyak kasus hilangnya aspirasi dan suara rakyat yang dianggap angin lalu oleh pemerintah di negeri ini. Dan hari ini, aksi terkait disah-kannya UU Cipta Kerja menambah daftar panjang bahwa aspirasi dan suara rakyat memang tidak berarti.

Katanya demokrasi? Tetapi aspirasi dibuat mati. Katanya dari rakyat? Tapi dibuat sekat.

Katanya oleh rakyat? Masih banyak yang terlewat.

Katanya untuk rakyat? Tapi masih banyak yang masih melarat.

Di negeri ini, sepertinya yang mengerti hakekat demokrasi adalah rakyatnya sendiri. Sisanya duduk di balik kursi empuk, melonglong mewakili rakyat, rakyat yang mana?

Jadi, harus seperti apa agar suara rakyat didengar? Demonstrasi dianggap ditunggangi, apalagi menjadi anarki? Mungkin sudah mati?

Kami rakyat, harus seperti apa? Kalian yang di atas sana, mau bagaimana?

 

Penulis : Rizky Amarilis

Foto : Fauzan